Pages

Subscribe:

Labels

Jumat, 20 Mei 2011

Budidaya Papuyu (Betok)











Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) merupakan ikan asli Indonesia. Ikan yang juga dikenal sebagai ikan papuyu ini banyak terdapat di daerah Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Sebagai ikan konsumsi ia diperdagangkan di harga Rp 20 ribu ? 40 ribu per-kg. Sayang, pemenuhannya masih mengandalkan hasil penangkapan yang bisa mengancam populasinya di alam.

Tapi, Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Mandiangin, Kalimantan Selatan telah mengembangkan budidaya papuyu sejak 1997, yang meliputi pembenihan dan pembesaran di kolam. Dari jenis papuyu kuning dan papuyu hijau yang ada, budidaya papuyu hijau lebih cocok karena bisa tumbuh besar sampai berat 200 gram per ekor.

Sebagaimana ikan-ikan dengan labirin seperti ikan gabus dan sepat, papuyu mampu bertahan dalam kondisi perairan rawa dengan kandungan oksigen terlarut dan pH rendah (asam). Ia lebih menyukai tempat berlumpur dan mampu bertahan lama di darat tanpa air lebih dari 12 jam serta dapat merayap menggunakan tutup insangnya. Ikan ini bersifat omnivora (pemakan semua makanan baik tumbuhan maupun hewan).

Pembenihan
Induk hasil domestikasi dipelihara terpisah jantan dan betina dalam kolam permanen 1 x 1,5 x1 m dengan ketinggian air 0,5 m dan kepadatan ikan 100 ? 150 ekor per bak. Ukuran induk betina biasanya lebih besar dari induk jantan, sekitar 100 ? 200 gram/ekor, sementara induk jantan 50 ? 70 gram/ekor. Setiap hari induk diberi pakan pelet 3 ? 5% dari berat total populasi ikan dengan frekuensi pemberian 1 kali pada pagi hari. Setiap bulan sekali dilakukan pergantian air sebanyak 100 % dan pengamatan kematangan induk yang siap dipijahkan. Selama musim penghujan (Oktober ? April) induk ikan papuyu betina mencapai kematangan gonad atau dapat dipijahkan kembali 2 bulan setelah induk tersebut dipijahkan.

Tahapan berikutnya adalah seleksi induk dan pemijahan (kawin). Pemijahan memanfaatkan hormon ovaprim untuk merangsang induk ikan agar cepat memijah. Dosis ovaprim 0,5 ml/kg berat induk, yang disuntikkan di bagian punggung induk jantan dan betina pada sore hari. Usai penyuntikan, induk jantan dan betina dicampur dalam satu akuarium dengan perbandingan 4 : 1.

Induk tersebut akan memijah dengan sendirinya pada tengah malam. Setelah memijah sekitar 3 ? 4 jam, induk dipindahkan ke kolam induk dan telur ikan ditetaskan dalam akuarium. Induk dengan berat 100 gram mampu menghasilkan telur 36 ribu butir. Derajat pembuahan (fertilisasi) telur mencapai 90%. Telur papuyu akan menetas dalam waktu 20 ? 24 jam pada suhu 26 ? 28 oC dengan derajat penetasan (hatching rate) mencapai 90%. 

Larva papuyu yang baru menetas dipelihara di akuarium selama 3 hari tanpa diberi pakan tambahan. Setelah 3 hari, larva dipindahkan ke kolam pendederan yang telah disiapkan sebelumnya.

Pendederan dan Pembesaran
Persiapan kolam pendederan meliputi pengeringan kolam, pengapuran, pemupukan dan pengisian air kolam. Kolam pendederan berupa kolam tanah atau jika terbuat dari semen maka bagian dasarnya dilapisi tanah setebal 5 ? 10 cm. Pengapuran kolam dengan dosis 250 gram/m2 dan dosis pemupukan sebanyak 500 gram/m2. Tujuannya untuk menumbuhkan pakan alami (plankton).

Kolam kemudian diisi air setinggi  40 ? 50 cm dan dibiarkan selama 4 ? 5 hari untuk menumbuhkan pakan alami. Setelah itu baru dilakukan penebaran larva pada pagi hari dengan padat tebar larva 100 ? 500 ekor/m2. Selama pendederan, larva diberi pakan tambahan berupa pelet yang dihaluskan sebanyak 10 % dari berat total populasi ikan diberikan 2 kali, pagi dan sore hari. Pendederan selama 30 hari akan menghasilkan benih berukuran 1 ? 3 cm dengan tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate/SR) 30 - 50 %.

Sumber : Trobos

0 komentar:

Posting Komentar